RSS

UKM versus Produk China

Pemerintah optimistis pengusaha kelas usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki bekal kekuatan yang cukup untuk membendung masuknya produk dari China ke wilayah domestik, akibat dari disepakatinya ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) plus China yang efektif berlaku pada tahun ini.

Berdasarkan pantauan dan pengakuan dari mulut penjual dan pengerajin, dapat disimpulkan, produk tas, sepatu, jaket dan dompet berbahan kulit dan semi kulit Indonesia memiliki keunggulan dari segi model, bahan dan kualitas produk dibanding dengan produk impor dari China. Disamping itu, dengan adanya sejumlah kelonggaran birokrasi dan kebijakan pemerintah yang pro aktif diyakini dapat merangsang pengusaha UKM untuk lebih maju lagi.

Lalu, apa salahnya dengan produk China? Di sinilah persoalannya. Sudah bukan rahasia lagi, selama ini mutu produk China yang membanjiri pasar kita tidak jauh berbeda dengan produk dalam negeri, bahkan lebih buruk.

Produk China juga masih diragukan keamanannya bagi kesehatan. Selain itu, barang dari ‘Negeri Tirai Bambu’ itu kelewat murah sehingga produk dalam negeri kalah bersaing dan akhirnya mati. Saat ini hampir semua jenis produk China melenggang bebas masuk ke negeri ini. Padahal, pada era 1970-an produk China yang diimpor hanya produk yang tidak bisa dibuat di Indonesia.

Dengan demikian, perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China amat jelas bakal lebih menguntungkan China daripada negara-negara ASEAN, dan sangat jelas terutama sangat merugikan Indonesia.

Infrastruktur yang buruk, suku bunga bank yang masih tinggi, kurs rupiah yang tidak stabil, serta birokrasi yang berbelit-belit dan korup, semua itu menyebabkan produk Indonesia tidak bisa berbicara banyak.

Kita tidak punya basis yang kuat masuk ke pasar China. Kita juga tidak punya daya tahan yang hebat untuk membendung serbuan produk China. Sejujurnya Indonesia memaksakan diri masuk implementasi perdagangan bebas ASEAN-China.

Belum terlambat bagi pemerintah untuk menegosiasikan kesepakatan itu. Dengan melihat masih compang-campingnya industri manufaktur kita, ada baiknya bila Indonesia menunda implementasi perdagangan bebas dengan China itu. Modal nekat yang hanya mengandalkan semangat menghormati perdagangan bebas sama saja dengan menyerahkan diri begitu saja.


sumber : media-indonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar